Suku Dayak Ngaju
Suku Dayak Ngaju atau biasa di sebut Biaju adalah suku asli yang
berasal dari Kalimantan Tengah. Suku Ngaju ini secara administratif merupakan
suku baru dalam sensus tahun 2000. Sebelumnya suku Ngaju masuk ke dalam suku
Dayak dalam sensus 1930. Secara etimologis suku Ngaju itu berarti udik. Suku
Ngaju biasanya tinggal di pinggir sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Mahuning,
Barito dan Katingan bahkan ada pula yang mendiami di daerah Kalimantan Selatan.
Menurut Afdeeling Dajaklandeen tanah Biaju adalah bekas sebuah afdeling
dalam Karesidenan Selatan dan Timur Borneo yang ditetapkan dalam Staatblad
tahun 1898 no.178. Pada tahun 1855, daerah ini dinamakan De afdeeling groote en
kleine Dayak.
· Asal Mula Suku Dayak Ngaju
Nenek moyang Suku Dayak Ngaju dapat di selidiki dari tulisan sejarah
tentang orang Dayak Ngaju. Sejarahnya nenek moyang Dayak Ngaju diyakini berasal
dari kerajaan yang bertempat di lembah pegunungan Yunan Selatan. Tepatnya di
Cina Barat Laut berbatasan dengan Vietnam sekarang. Mereka pindah secara
besar-besaran dari daratan Asia sekitar kira-kira 3000 sampai 1500 sebelum
masehi.
Menurut Tetek Tatum leluhur Dayak Ngaju merupakan diciptaan langsung oleh
Ranying Hatalla Langit, yang bertugas untuk menjaga bumi dan isinya agar tidak
rusak. Dan Leluhur Dayak Ngaju diturunkan dari langit yang ke tujuh menuju
dunia ini dengan Palangka Bulau (Palangka artinya suci, bersih, merupakan
ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari
langit, sering juga disebutk Ancak atau Kalangkang) diturunkan dari langit ke
dalam dunia ini di empat tempat berturut-turut melalui Palangka Bulau, yaitu:
1.
Tantan Puruk
Pamatuan di perhuluan Sungai Kahayan dan sungai Barito, Kalimantan Tengah, inilah
orang manusia yang pertama menjadi datuknya orang-orang Dayak yang diturunkan
di Tantan Puruk Pamatuan, diberi nama oleh Ranying (Tuhan Yang Maha Esa) : Antang Bajela
Bulau atau Tunggul Garing Janjahunan Laut. Dari Antang Bajela Bulau maka
terciptalah dua orang laki-laki yang gagah perkasa yang menteng ureh mamut yang
bernama Lambung atau Maharaja Bunu dan Lanting atau Maharaja Sangen.
2.
Tantan Liang
Mangan Puruk Kaminting (Bukit Kaminting), Kalimantan Tengah oleh Ranying (Tuhan
YME) terciptalah seorang yang maha hebat, bernama Kerangkang Amban Penyang atau
Maharaja Sangiang.
3.
Datah Takasiang,
perhuluan sungai Rakaui (Sungai Malahui, Kalimantan Barat, oleh Ranying (Tuhan
YME) terciptalah 4 orang manusia, satu laki-laki dan tiga perempuan, yang
laki-laki bernama Litih atau Tiung Layang Raca Memegang Jalan Tarusan Bulan
Raca Jagan Pukung Pahewan, seketika itu
juga menjelma menjadi Jata dan tinggal di dalam tanah di negeri yang bernama
Tumbang Danum Dohong. Ketiga puteri tadi bernama Kamulung Tenek Bulau, Kameloh
Buwooy Bulau, Nyai Lentar Katinei Bulau.
4.
Puruk Kambang
Tanah Siang (perhuluan Sungai Barito, Kalimantan Tengah oleh Ranying (Tuhan
YME) terciptalah seorang putri bernama Sikan atau Nyai Sikan di Tantan Puruk
Kambang Tanah Siang Hulu Barito.
· Sistim Kekerabatan Suku Bangsa Dayak
Kekerabatan masyarakat Dayak berdasarkan ambilineal yaitu menghitung
hubungan masyarakat melalui laki-laki dan sebagian perempuan. Perkawinan yang baik
adalah perkawinan dengan saudara sepupu yang kakeknya saudara sekandung (dalam
bahasa Ngaju disebu hajanen). Masyarakat Dayak tidak melarang gadis-gadis
mereka menikah dengan laki-laki bangsa lain asalkan laki-laki itu tunduk dengan
adat istiadat.
· Mata Pencaharian Suku Ngaju
Bercocok tanam di ladang
adalah mata pencaharian masyarakat suku Dayak Ngaju. Selain bertanam padi
mereka menanam ubi kayu, nanas, pisang, cabai, dan buah-buahan. Adapun yang
banyak ditanam di ladang ialah buah durian dan pinang. Selain bercocok tanam
mereka juga berburu rusa untuk makanan sehari-hari. Alat yang digunakan
meliputi dondang, lonjo (tombak), dan ambang (parang). Masyarakat Dayak
terkenal dengan seni menganyam kulit, rotan, tikar, topi, yang dijual ke Kuala
Kapuas, Banjarmasin, dan Sampit.
· Tingkatan Masyarakat Suku Ngaju
Suku Ngaju memiliki
tingkatan atau susunan masyarakat yang berbeda-beda, berikut adalah
tingkatannya :
1.
Kepala Kampung,
yang dimasa kolonial tugasnya hanya melaksanakan perintah pegawai kolonial,
dengan tugas utama menarik pajak dan mendayung perahu bagi para pegawai
kolonial, apabila mengunjungi kampung lain, mengakibatkan terjadinya perbedaan
kelas dalam masyarakat.
2.
Orang-orang
Pantan, adalah penduduk asli yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
diusahakan sendiri. Kewajiban mereka mematuhi perintah pimpinan, serta wajib
menyediakan tenaga sukarela apabila dibutuhkan pimpinan.
3.
Orang-orang
Merdeka adalah keluarga jauh para Kepala Kampung. Mereka dibebaskan dari
kewajiban membayar pajak.
4.
Orang-orang
Jipen, adalah golongan budak.
5.
Orang-orang Abdi
adalah orang-orang yang dibeli.
Orang-orang Tangkapan atau Tawanan. Dan orang-orang
Tamuei atau orang asing, mereka bukan penduduk asli.